"Sungguh, rezeki tak selalu datang lewat jalan ramai. Kadang, ia menjelma dalam kesabaran seorang perempuan yang menenteng harapan di atas sepeda tua."
Â
Di sudut kampung Sombomerten, Yogyakarta, seorang perempuan renta dengan langkah yang tetap tegap setiap pagi mendorong sepeda penuh botol jamu. Namanya Mujilah, 70Â tahun, seorang tukang jamu gendong yang kini namanya lebih dikenal dibanding si "tukang bubur naik haji".
Sudah hampir 40 tahun Mujilah berkeliling menjajakan jamu racikan tangan sendiri. Pahitnya brotowali, hangatnya kunyit asam, hingga segarnya temulawak menjadi saksi perjuangan hidupnya. Di balik senyum sederhana itu, ternyata tersimpan kisah yang mengejutkan banyak orang:Â Mujilah telah menunaikan ibadah haji bukan karena warisan, bukan pula karena anak kaya, tetapi dari hasil jualan jamu.
"Saya ngga pernah nyangka bisa nyampe ke Tanah Suci. Saya cuma nabung, nabung terus. Rezeki Allah itu bener-bener ngga bisa diduga," ujar Mujilah, dengan suara bergetar menahan haru.
Yang membuat haru adalah bagaimana ia melakukannya tanpa bantuan sponsor, tanpa viral-viral di media sosial. Ia hanya percaya bahwa ketulusan adalah mata uang yang berlaku di langit. Ia mulai menyisihkan Rp10.000 per hari sejak tahun 2005. Kadang lebih, seringnya kurang. Tapi ia tak pernah berhenti menabung. Dalam diam, dalam gerimis, dalam terik matahari yang membakar bahunya.
Menurut tetangganya, Ibu Sri, Mujilah dikenal sebagai pribadi yang sederhana, tidak pernah mengeluh. "Bu Mujilah itu ya rajin banget. Tiap hari ya gitu aja: pagi-pagi sudah keluar, jualan. Pulang sore. Tapi orangnya ngga pernah ngeluh, senyum terus," ungkapnya.
Saat berita keberangkatannya ke tanah suci menyebar, banyak warga yang terperangah. Bahkan di antara mereka, ada yang berkata, "Wah, tukang jamu bisa haji. Ini bener-bener ngalahin tukang bubur!"
Â
Pernyataan itu bukan ejekan, melainkan pujian. Bahwa kisah Mujilah lebih menyentuh karena tidak dibumbui sensasi. Ia adalah potret nyata bahwa ketekunan, kesabaran, dan niat yang tulus mampu menaklukkan langit.