Jika banyak orang masih menimbang dan berpikir sebelum membeli mobil listrik, saya justru ibarat "dijorokin" untuk menggunakan mobil listrik.
Ya, "dijorokin" dalam artian positif, saya tidak membeli mobil Wuling Air EV yang sudah sekitar 20 bulan saya miliki. Mobil ini adalah hasil saya memenangkan sebuah kontes foto di Instagram yang diselenggarakan salah satu brand di Indonesia.
Alhamdulillah, dan saya bersyukur sekali bisa memiliki mobil listrik yang bahkan terbayang sebelumnya pun tidak. Mobilitas saya pun kian terbantu dengan adanya kendaraan ini.
Satu hal yang bikin saya lega adalah mobil ini memang terbukti irit seirit-iritnya. Bahkan, andai saya dapat hadiah mobil konvensional BBM, barangkali saya justru pusing dengan anggaran beli BBM, service, dan pajak tahunannya.
Jadi bagi brand yang mau mengadakan kompetisi berhadiah mobil, sebaiknya memang mobil listrik bukan BBM. Karena bisa jadi yang menang profilnya seperti saya, belum kuat dan siap menyisihkan anggaran untuk BBM, service dan pajak tahunan.
Tiga komponen itu bagi saya saat ini terbilang masih terjangkau sebagai pemilik mobil listrik.
Pertama, bahan bakar. Teman-teman saya mengatakan minimal harus keluar 100 ribu rupiah tiap kali keluar rumah menggunakan mobil hanya untuk biaya beli BBM. Sedangkan saya hampir tak pernah risau ongkos bahan bakar ketika keluar rumah dengan menggunakan mobil listrik.
Bukan, bukan karena saya banyak duit. Tapi memang ongkos ngecas listrik jauh lebih hemat dibandingkan beli bensin.
Selama ini saya ngecas mobil di rumah. Minimal daya listrik untuk charging di rumah memang 2200 VA, tapi karena berbarengan dengan penggunaan listrik rumah maka saya memilih naik daya ke 5500 VA dari semula 1300 VA.