Kita dulu saling mencintai tanpa syarat.
Kamu tidak peduli aku naik motor atau jalan kaki.
Aku tidak peduli kamu belum bisa masak atau belum punya gaji tetap.
Kita bahagia hanya dengan duduk berdua, memandangi langit, saling bercerita tanpa habis.
Lalu kita menikah.
Dan diam-diam, uang masuk ke dalam hubungan kita, bukan sebagai tamu, tapi sebagai penghuni tetap.
Sekarang, kita duduk berdua bukan untuk saling menatap,
tapi untuk menghitung.
Menghitung berapa sisa di rekening,
menghitung cicilan yang belum lunas,
menghitung apakah bulan ini cukup untuk bertahan.
Cinta masih ada. Tapi di tengahnya kini ada yang lain: uang.
Kadang terasa seperti orang ketiga.
Tak bersuara, tapi paling menentukan.
Kita pernah bertengkar karena beda selera.
Sekarang kita bertengkar karena beras tinggal satu cup, dan gas habis saat air belum mendidih.
Dulu kita saling memeluk untuk meredakan cemburu.
Sekarang kita saling diam karena bingung: siapa yang harus mengalah dulu soal biaya sekolah anak?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!