Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pengalaman 18 Bulan Menggunakan Sepeda Motor Listrik

7 Juli 2025   10:24 Diperbarui: 7 Juli 2025   10:24 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
saya dan sepeda motor listrik . (Foto: Dokumen pribadi)

Sudah 1,5 tahun atau tepatnya 18 bulan saya menggunakan sepeda motor listrik merek V* (baca: Membeli Dua Barang Idaman dengan "Gratis"), dan sejauh ini saya merasa diuntungkan dalam banyak aspek. Saya memilih tipe dengan sistem dua batere: satu LiFePO4 sebagai batere utama, dan satu SLA sebagai cadangan. Penggunaan saya sederhana: pergi-pulang kerja sejauh 3,5 km, sesekali ke toko atau ke warkop terdekat.

Kini odometer menunjukkan angka 3.500 km. Batere LiFePO4 masih tampil prima---tarikan responsif, stabil saat menyalip, dan tidak menunjukkan penurunan performa. Sementara SLA lebih saya anggap seperti ban serep: berguna saat lupa mengecas, tapi tak ideal untuk performa. Tarikannya lemah, tak cocok untuk jalan menanjak atau bermanuver cepat. Sejujurnya, batere jenis SLA ini sebaiknya ditinggalkan sebagai sumber tenaga utama. Ia cocok hanya sebagai pelengkap.

Saya tetap berhati-hati untuk perjalanan agak jauh. Rata-rata batere LiFePO4 bisa menempuh 40--50 km dalam sekali isi penuh, tergantung gaya berkendara dan kondisi jalan. Batere SLA lebih rendah, 30--35 km. Saya selalu pastikan kondisi batere penuh sebelum berangkat jauh. Tapi untuk rutinitas harian, itu semua sudah lebih dari cukup.

Satu pengisian daya dari 10% ke 100% memerlukan waktu sekitar 4 jam dengan charger berdaya 600 watt. Hitung-hitungannya sederhana:

600 watt 4 jam = 2.400 watt = 2,4 kWh
2,4 kWh Rp1.500 = Rp3.600 sekali cas

Dengan penggunaan ringan, saya cukup mengecas seminggu sekali. Artinya, dalam sebulan hanya sekitar Rp15.000. Dalam 18 bulan, saya hanya mengeluarkan Rp270.000 untuk listrik.

Sebagai pembanding, sebelumnya saya menggunakan sepeda motor bensin dengan konsumsi 25 km per liter. Dengan total jarak 2.520 km (jarak pergi-pulang kantor saja selama 18 bulan), saya memerlukan sekitar 100 liter bensin. Itu berarti pengeluaran sekitar Rp1.000.000 untuk pertalite.

Belum lagi soal oli. Dulu, tiap 2.000 km saya harus ganti oli dengan biaya sekitar Rp50.000. Dengan motor listrik, saya sudah melupakan ritual itu sepenuhnya. Tidak ada oli mesin, tidak ada ganti busi, tidak ada tune-up.

Pajak tahunan? Nol rupiah. Yang dikenakan hanya SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan), yaitu sekitar Rp35.000. Bandingkan dengan motor bensin yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah per tahun, tergantung kapasitas mesin.

Jadi, bila ditotal, dalam 18 bulan saya hanya mengeluarkan:

  • Listrik: Rp270.000

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
    Lihat Otomotif Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun