MINDBLOWING! Itulah Kesan yang saya dapatkan, setelah ikutan acara edutrip Kampung Berseri ASTRA di Desa Bumiaji, Batu, Malang Raya. Bersama Kompasianer dari Malang, Lamongan, Mojokerto, Surabaya, Jogja, bahkan Jakarta, kami rame-rame mengeksplorasi wisata budaya yang berada di Kawasan ini. Sekaligus mengikuti Workshop seputar tips menulis dan fotografi yang ciamik.
Event kali ini mengusung tema "SATUKAN GERAK, TERUS BERDAMPAK". Yap, pastinya banyak di antara kita yang sudah familiar dengan Satu Indonesia Awards dari Astra, kan? Sebuah penghargaan yang diberikan untuk individu inspiratif, serta para penggiat Kampung Berseri ASTRA.
Workshop diawali materi seputar menulis oleh Nurulloh, Head of Impact Kompasiana. "Bagaimana bikin tulisan kita punya makna serta berdampak untuk pembaca, ini yang harus menjadi concern kita sebagai Kompasianer. Karena ada 1500 tulisan per hari yang masuk di Kompasiana. Pembaca bukan hanya mengonsumsi informasi, mereka sekaligus mencari destinasi yang bisa berikan dampak baik, bukan hanya jargon tapi sekaligus memberikan positive vibes," ujar Nurulloh.
Lebih lanjut, Nurulloh menggarisbawahi, AI (Artificial Intelligence) tidak akan mengalahkan tulisan asli manusia yang dikreasikan "pakai rasa". Seperti yang kita ketahui, "AI itu hasil artikelnya hambar, rasa agak kurang. Sehingga yang harus kita perhatikan adalah menulis dengan empati/simpati. Syukur-syukur kalau bisa kasih efek katarsis, karena tulisan sebaiknya berfungsi juga untuk menghibur atau entertain. Bisa juga diolah dengan menggunakan bahasa lokal, supaya tidak makin terkikis," imbuhnya.
Mas Agung Yudha Wilis Baskoro sebagai Pembicara kedua memberikan tips dan trik seputar produksi foto yang berdampak dan relatable dengan kita. "Contoh, angka polusi yang sangat tinggi di Jakarta, sehingga mengakibatkan anak saya sakit ISPA. Saya ingin marah, tapi nggak tahu bagaimana penyalurannya. Akhirnya, saya putuskan untuk memotret, ini menjadi 'api' yang menyala dalam jiwa saya untuk bisa menghadirkan foto dengan nyawa dan momen yang pas," ucap Yudha, yang baru saja menyabet penghargaan internasional World Press Photo.
Satukan Gerak Terus BerdampakÂ
Gongnya, tentu saja manakala kami menyimak sharing dari Anjani Sekar Arum, Penggerak Desa Sejahtera Astra Bumiaji dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017. Perempuan dengan tutur kata halus tertata ini, memaparkan beragam Upaya yang ia torehkan, sehingga menjadikan Bumiaji makin berdaya serta berdampak untuk sesama.
Terlahir dari keluarga seniman di mana banyak anggota keluarga lain berprofesi sebagai pelukis, Anjani justru memilih kriya batik sebagai fokus pendidikannya. Minimnya dosen yang mengajarkan bidang itu justru membuat Anjani hijrah hingga ke pusat industri batik Nusantara yakni Yogyakarta dan Solo untuk belajar.
"Saya jatuh cinta pada batik. Namun sebagai seniman yang memiliki ego dan keinginan dikenal karena ciri khasnya, saya ingin batik karya saya berbeda. Karena itulah saya memilih motif bantengan untuk batik ciptaan saya, di mana itu sangat menggambarkan budaya tempat kelahiran saya, Kota Batu," urai Anjani.