Baru-baru ini, sejumlah kampus elite dunia, termasuk Harvard, University of Amsterdam, dan beberapa universitas di Belanda, melaporkan penolakan atau pembatasan terhadap mahasiswa penerima beasiswa LPDP.Â
Tercatat 799 mahasiswa LPDP sedang studi di Belanda, dan 29 di antaranya berada di University of Amsterdam, dengan dua calon lagi akan berangkat 
Di Harvard, saat ini ada 46 penerima beasiswa (awardees) yang tengah menempuh studi. Konon ada beberapa mahasiswa Indonesia disana juga  sempat berada dalam situasi ketidakpastian visa atau ancaman dipulangkan .
Penolakan ini dipicu oleh berbagai faktor: persyaratan tunjangan living allowance yang dianggap di bawah standar biaya hidup, ketatnya regulasi visa dan administrasi hasil tekanan pemerintah AS, hingga kekhawatiran akademik atas ketergantungan politik akademisi di kampus. Beberapa kampus merasa ketidakpastian ini menimbulkan risiko baik administratif maupun reputasi institusi .
Fenomena ini bisa jadi menunjukkan satu hal mendasar: beasiswa LPDP masih dipandang sebagai sponsor akademik biasa, bukan sebagai mitra riset global yang strategis dan kredibel.
Saatnya Introspeksi: Pengiriman Saja Tidak Cukup
Sejak 2012, LPDP telah membangun reputasi dengan alokasi dana lebih dari Rp139 triliun untuk 35.000-an mahasiswa, termasuk program S2 dan S3. Namun, skema ini belum menunjukkan dampak sistemik terhadap pembangunan riset dan teknologi nasional.
Sudah saatnya LPDP dan pemerintah merefleksikan ulang pendekatan kita. Berhenti memuja studi ke luar negeri sebagai tujuan utama.
Pejabat dan dosen tidak semata ‘mengenang kejayaan masa lalu’ saat membicarakan perjalanan akademik, melainkan mengajak generasi muda berjuang bersama membangun ilmu dan industri di Indonesia.
Agar menghasilkan alumni berkontribusi nyata, beasiswa perlu diarahkan berdasarkan kebutuhan riset nasional, bukan sekadar pemenuhan kuota atau gengsi kampus.
Karena tanpa arah kontribusi konkret, kita akan terus mengalami brain drain terstruktur, yang membuat Indonesia kehilangan momentum ilmiah dan teknologi tanpa disadari.