Namanya kesuksesan, dalam pengertian sederhana: adanya perubahan yang lebih baik, terkadang perlu dikabarkan. Bukan bermaksud pamer atau unjuk gigi terlalu lebay. Bahwa Keberhasilan, akan bisa memotivasi siapa saja untuk berbuat yang sama, meniru untuk sukses.
Mengabarkan yang baik adalah tidak hanya menyatakan hasil itu sukses, tetapi juga bagaimana proses itu terjadi. Tip dan trik perlu dibeberkan, untuk meminimalkan kesalahan, jika itu dilakukan di tempat lain.
PT Astra International Tbk -selanjutnya disebut Astra- setiap tahun mengapresiasi terhadap individu yang berkontribusi baik terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, berupa penghargaan SATU Indonesia. Di samping penggerak Desa Sejahtera Astra, Kampung Berseri Astra dan binaan Yayasan Astra dalam pengembangan pedesaan di seluruh Indonesia.
Dan kesuksesan itu perlu dikabarkan dengan melibatkan jurnalis profesional dan masyarakat umum, baik melalui foto dan tulisan, melalui Anugerah Pewarta Astra 2025. Tema tahun 2025 ini adalah “Satukan Gerak, Terus Berdampak”. Dalam rangka sosialisasi lebih mendalam pihak Astra menggelar event Workshop Fotografi & Bincang Inspiratif” hari Sabtu (5 Juli 2025) yang bertempat di pelataran Museum Srimulat, Desa Bumiaji Kota Batu.
Desa Bumiaji merupakan bagian dari Desa Sejahtera Astra (DSA) dengan tokoh penggeraknya Anjani Sekar Arum yang juga penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2007 bidang kewirausahaan. Anjani juga menjadi pembicara pada workshop ini. Untuk peserta dari para Kompasianer dan Pewarta Foto Indonesia (PFI), para mahasiswa, dan siswa sekolah tingkat atas (SMA/SMK).
Dalam sambutannya Bryan Dermawan Analis Brand Communication Astra, menekankan untuk mengabarkan berita baik. Dalam konteks Desa Sejahtera Astra Bumiaji diharapkan apa yang dilakukan bisa berdampak, baik itu pemberi dan penerima.
Nurulloh, selaku Head of Impact Kompasiana menekankan dapat memberi nilai terhadap sesama dalam bentuk tulisan. Menurutnya di dunia digital, kita mudah sekali terjebak dalam logika instan: klik, like, share, viral. Ia menekankan bahwa platform yang baik bukan hanya soal keterpaparan, tetapi harus memberi ruang tumbuh.
Menurutnya Kompasiana yang ia nahkodai perharinya sudah menghasilkan 1500 tulisan. Diharapkan tulisan mempunyai dampak bagi dirinya dan orang lain, serta mempunyai makna.
Pembicara selanjutnya Mas Agung Yudha Wilis Baskoro, seorang photojournalist yang baru saja mendapatkan trophy penghargaan World Press Photo 2025 menekankan untuk memotret bisa melalui hal yang terdekat pada diri kita.
Ia bercerita bahwa punya pengalaman anaknya sedang sakit ISPA. Lalu ia mengekspolasi dan meriset bahwa itu disebabkan oleh polusi. Penyebah polusi harus kita ketahui, untuk mendapatkan objek foto yang bagus. Misalnya kita identifikasi polusi penyebabnya dari kendaraan bermotor, maka objek yang diambil adalah pada saat kendaraan pada trafik tinggi. Perencanan pun harus matang sehingga pada saat terjun ke lapangan tidak tiba-tiba dan meraba-raba.