Ada sebuah kalimat luar biasa yang berbunyi: "Jangan khawatir tentang hari esok, karena hari esok punya masalahnya sendiri. Hari ini cukup untuk hari ini."
Kalimat ini sederhana, namun menyimpan filosofi kehidupan yang mendalam dan menjadi sebuah undangan untuk hidup di saat ini, untuk percaya bahwa kita tak perlu mengendalikan segalanya agar hidup tetap berjalan baik.
Di zaman yang serba cepat ini, kita dibiasakan untuk selalu menatap ke depan: membuat target jangka panjang, merancang masa depan sedetail mungkin, dan menyiapkan segala kemungkinan terburuk. Tak salah. Tapi jika kita terlalu sibuk dengan "nanti", kita lupa bahwa hidup yang sebenarnya hanya bisa dijalani "hari ini".
Dan justru, dalam hidup yang sederhana hari ini, dalam kepercayaan, ketenangan, dan keberanian, kita menemukan kekuatan yang lebih dalam daripada yang bisa diberikan oleh rencana.
Banyak orang mengejar keberhasilan, kebahagiaan, dan rasa aman seolah-olah itu barang yang bisa dibeli atau ditukar dengan kerja keras semata.Â
Tetapi ada satu pola yang menarik: sering kali, justru ketika kita hidup dengan tulus, melakukan yang benar, dan berjalan dalam nilai-nilai yang baik, tanpa mengejar hal-hal itu secara obsesif, kebaikan datang tanpa diminta.
Kita tidak perlu selalu mengejar semua hal. Kadang, cukup dengan menjadi pribadi yang baik dan benar, maka hal-hal baik akan datang mengejar kita. Hidup akan membawa berkatnya sendiri kepada mereka yang setia berjalan di jalan yang lurus.
Kita terbiasa mengandalkan diri sendiri. Tapi ada momen dalam hidup di mana kita merasa: "Aku sudah melakukan segalanya, tapi tetap tidak cukup."
Di titik itulah muncul kesadaran bahwa kita perlu percaya pada semesta, pada Tuhan, atau pada kekuatan yang lebih besar dari logika dan usaha manusia. Mengandalkan kekuatan itu bukan berarti lepas tangan, tapi menyadari bahwa kita tidak harus menanggung segalanya sendirian.