Mengapa Bahas Keuangan Keluarga Itu Sulit? Ini Kritik Pedasnya
Oleh: Harmoko | Senin, 7 Juli 2025
Pendahuluan: Uang, Topik Hangat yang Sering Dibekukan
Dalam rumah tangga, bicara soal uang seharusnya seperti bicara soal cuaca: rutin, relevan, dan menyangkut semua orang. Tapi kenyataannya, banyak keluarga justru memperlakukan topik ini seperti bom waktu---jangan disentuh, apalagi dibedah. Padahal, ketertutupan ini justru sering menjadi akar dari ketegangan, miskomunikasi, hingga keretakan hubungan. Lantas, mengapa pembicaraan soal keuangan keluarga terasa begitu rumit dan menegangkan? Dan siapa yang harus bertanggung jawab atas budaya diam ini?
Esai ini mengajak kita menguliti masalah tersebut secara kritis, menyodorkan kritik atas kebiasaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi: bahwa keuangan keluarga bukan untuk dibicarakan, melainkan ditanggung diam-diam.
Ketertutupan Adalah Warisan, Bukan Solusi
Salah satu alasan klasik mengapa keuangan keluarga jarang dibicarakan secara terbuka adalah karena "dari dulu juga begitu." Budaya diam ini diwariskan turun-temurun, seolah diskusi soal uang adalah wilayah dewasa yang tabu untuk dibahas bahkan oleh sesama orang dewasa. Anak-anak dilarang bertanya soal penghasilan orang tua, istri enggan bertanya soal pengeluaran suami, suami tidak ingin mengaku kesulitan finansial. Semua saling menebak, dan tak jarang saling curiga.
Inilah warisan budaya yang layak kita kritik secara tajam. Ketertutupan finansial dalam keluarga bukanlah bentuk tanggung jawab, tapi jebakan psikologis yang berbahaya. Ia menumbuhkan kebiasaan menyangkal realitas dan menghindari diskusi yang sebenarnya penting bagi kesehatan mental, emosional, dan ekonomi seluruh anggota keluarga.
Kritik atas Pola Maskulinitas Toksik dan Peran Tradisional
Dalam banyak kasus, diskusi keuangan terhambat karena peran tradisional dalam keluarga belum benar-benar bergeser. Suami dianggap sebagai satu-satunya pencari nafkah, sementara istri hanya "pengatur uang dapur." Konsep ini mungkin terlihat fungsional di permukaan, tapi sebenarnya menumpuk beban tak terlihat pada pundak suami dan membuat istri tidak memiliki kuasa atas keputusan finansial besar.