Benarkah Mobil Listrik Lebih Hemat? Ini Plus Minusnya yang Jarang Dibahas
Oleh: Harmoko| Senin, 7 Juli 2025
Iklan vs Kenyataan
Mobil listrik kerap dipromosikan sebagai solusi masa depan---lebih hemat, lebih bersih, dan lebih canggih. Di jalanan kota besar seperti Jakarta, makin banyak mobil-mobil mungil meluncur tanpa suara, lengkap dengan badge "EV" atau "Electric Vehicle" yang seolah berkata: "Lihat, aku peduli lingkungan dan hemat biaya!"
Tapi pertanyaannya, benarkah mobil listrik benar-benar lebih hemat? Ataukah ini sekadar narasi industri dan pemerintah yang ingin mengejar target transisi energi sambil menciptakan pasar baru? Dalam tulisan ini, kita akan mengkritisi klaim kehematan mobil listrik, membedah logikanya, menggugat realitasnya, dan menggambarkan plus minusnya dengan kepala dingin.
Klaim Hemat: Hitungan yang Menyenangkan, Tapi Tidak Lengkap
Di atas kertas, biaya operasional mobil listrik memang tampak menggoda. Katakanlah, untuk menempuh 200 km, mobil listrik hanya butuh sekitar Rp50.000 untuk pengisian daya di rumah. Sementara mobil bensin butuh 10 liter BBM, sekitar Rp130.000--Rp150.000. Hemat besar, bukan?
Tapi, apakah hitungan ini mencakup segalanya?
Tidak juga.
Biaya operasional hanyalah satu komponen. Ketika kita berbicara tentang kehematan secara total, kita juga harus memasukkan biaya akuisisi, biaya penggantian baterai di masa depan, nilai jual kembali, dan---yang kerap terlupakan---biaya ketidakpraktisan akibat terbatasnya infrastruktur.