Jejak Harmoni di Lereng Arjuno: Bantengan, Batik, dan Semangat Desa Bumiaji
Rasa penasaran kian tak terbendung saat saya berpapasan dengan beberapa anak dan remaja yang membawa topeng berbentuk kepala banteng ke satu arah yang sama. Kemudian saya bertanya, apakah ini yang disebut Bantengan? Guide kami saat keliling desa wisata Bumiaji yang bernama Bayu pun menjawab "iya bu, itu Bantengan dan sebentar lagi kita akan menuju ke sana".
Setelah menuruni tanjakan dengan nuansa hijau di sekeliling, tibalah saya di lokasi bazar rakyat yang menjual berbagai produk UMKM dari warga desa Bumiaji. Dari kejauhan mulai terdengar suara alat musik tradisional yang dimainkan senada, juga suara pecutan cambuk yang cukup membuat telinga ngilu dan hati berdebar. Warga masyarakat lereng gunung Arjuno dan grup-grup Bantengan dari berbagai paguyuban pun sudah memadati jalanan menuju Anjani Batik Gallery.
Tibalah saya tepat di lokasi digelarnya pertunjukan Bantengan Bocil, aroma dupa yang dibakar menguar kuat memenuhi segala penjuru. Anak-anak berkostum serba hitam dan memakai topeng kayu dengan tanduk banteng begitu luwesnya menari sebagai kaki depan dan kepala banteng, sedangkan satu anak lagi berperan sebagai kaki belakang dan ekor banteng. Dalam satu grup ada beberapa penari banteng dan juga macan yang saling menampilkan aksi terbaik pada sore itu.
Menurut informasi yang diberikan oleh Mbak Anjani Sekar Arum, pemilik Anjani Batik Gallery. Sore ini sedang digelar pertunjukan Bantengan Bocil yaitu kesenian Bantengan yang penarinya merupakan remaja usia belasan. Dan pada malam harinya, digelar pertunjukan Bantengan dewasa yang sarat akan kesakralannya. Para penari Bantengan dewasa terkenal dengan istilah mberot atau ndadi, istilah untuk para pemain Bantengan yang kesurupan menyeruduk ke segala arah, yang membuat pertunjukan ini semakin meriah.
Mungkin bagi orang yang belum pernah melihat kesenian Bantengan seperti saya, pastinya merasa ngeri dengan istilah mberot ini. Tapi untuk warga Bumiaji sendiri, Bantengan merupakan kesenian yang harus dilestarikan. Terbukti dengan banyaknya paguyuban yang melatih anak-anak hingga remaja yang antusias melestarikan warisan budaya. Bahkan sekarang ini Bantengan merupakan salah satu penggerak utama perekonomian warga Bumiaji dan sekitarnya. Kesenian Bantengan yang terkesan mistis, sukses menjadi ikon yang kemudian berdampak pada sektor usaha lainnya.
Batik Bantengan khas Bumiaji
Siapa sangka kalau di desa Bumiaji kita akan menemukan pengrajin batik tulis. Ya, Anjani Sekar Arum yang akrab disapa Mbak Anjani ini merupakan pelopor terciptanya Batik dengan motif Bantengan. Mbak Anjani sendiri merupakan Penggerak Desa Sejahtera Astra dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award tahun 2017.
Terlahir dari keluarga seniman yang kental di mana keluarganya banyak yang menjadi pelukis, ayahnya sendiri merupakan pelukis dan pendiri seni Bantengan Nuswantara. Bukannya menjadi pelukis seperti keluarga besarnya, mbak Anjani lebih tertarik dengan kerajinan batik yang hingga membuatnya mempelajarinya secara langsung ke Jogja dan Solo.