Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Antara Lebih Hemat Versus Lebih Bahaya

7 Juli 2025   11:43 Diperbarui: 7 Juli 2025   11:43 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : kompas.com

Rencana untuk beralih ke mobil listrik memang menggoda. Dengan insentif pajak, biaya operasional yang lebih rendah, dan citra ramah lingkungan, mobil listrik terlihat seperti jawaban atas keresahan banyak orang terhadap polusi dan harga bahan bakar yang terus naik. Namun, di balik semua keunggulan itu, ada satu pertanyaan yang masih menghantui sebagian besar calon pembeli: apakah mobil listrik benar-benar aman?

Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh peristiwa mobil listrik yang meledak di Kota Bandung. Meski penyebab pastinya masih belum diketahui secara pasti, kejadian ini langsung menyebar luas di media sosial dan menambah daftar panjang kekhawatiran masyarakat terhadap kendaraan berbasis baterai ini. Apalagi jika diingat, kasus serupa juga pernah terjadi di beberapa kota lain, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Bagi konsumen yang masih awam dengan teknologi mobil listrik, insiden seperti ini tentu menimbulkan rasa waswas yang sulit ditepis. Bagaimanapun juga, mobil adalah alat transportasi yang digunakan sehari-hari. Keamanan dan keselamatan tentu menjadi pertimbangan utama sebelum membeli, bahkan melebihi aspek ekonomi sekalipun.

Teknologi baterai lithium-ion yang menjadi jantung dari mobil listrik memang efisien, namun juga rentan terhadap risiko overheating jika tidak dikelola dengan sistem pendinginan dan perlindungan yang tepat. Apalagi di iklim tropis seperti Indonesia, di mana suhu lingkungan yang panas bisa mempercepat degradasi baterai jika kualitasnya tak sebaik standar internasional. Ini belum termasuk persoalan kualitas charger, infrastruktur pengisian daya, hingga faktor kesalahan pengguna dalam pengisian baterai yang bisa memicu potensi kebakaran.

Pemerintah dan produsen tentu tidak tinggal diam. Berbagai regulasi, uji kelayakan, dan sertifikasi telah diupayakan. Namun tetap saja, ketakutan tidak hilang begitu saja dari benak masyarakat. Apalagi jika informasi mengenai penyebab kecelakaan atau ledakan masih samar, tanpa penjelasan teknis yang dapat dipahami publik. Transparansi dan edukasi teknis masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pelaku industri.

Wajar jika masih banyak orang yang memilih untuk menunda membeli mobil listrik, bukan karena tidak percaya pada masa depan teknologi ini, tapi karena belum yakin soal jaminan keamanannya. Mereka ingin kepastian bahwa mobil yang dibeli bukan hanya hemat dan bebas emisi, tetapi juga bisa melindungi nyawa mereka dan keluarganya.

Maka sebelum mendorong masyarakat untuk segera beralih, industri otomotif dan pemerintah harus membangun rasa aman terlebih dahulu. Karena dalam dunia transportasi, kepercayaan konsumen bukan dibentuk dari tren atau subsidi, melainkan dari jaminan bahwa mereka akan sampai tujuan dengan selamat.

Mobil listrik memang masa depan. Tapi untuk bisa diterima sebagai pilihan utama, ia harus mampu menjawab kekhawatiran terbesar konsumen---tentang keselamatan. Dan sampai hal itu benar-benar terjamin, keraguan seperti yang terjadi usai ledakan di Bandung akan terus membayangi langkah konsumen menuju kendaraan ramah lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun