Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Guru yang Tidak Sabar di Pintu Gerbang

7 Juli 2025   18:07 Diperbarui: 7 Juli 2025   18:15 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokrpi)

Guru yang Tidak Sabar di Pintu Gerbang

Dina selalu datang pagi. Sangat pagi.

Saat burung belum selesai berkicau dan udara masih menggigit, ia sudah berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Seragam rapi, jas almamater tersampir dengan lencana kehormatan, senyumnya siap menyambut siswa-siswinya satu per satu. Ia tidak sabar. Bukan karena ingin mulai mengajar atau karena janji kenaikan tunjangan, tapi karena ia tahu hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Dan mungkin juga hari pertama dia akan bertemu dengan "siswa titipan" itu.

Ya, siswa titipan.

Sebuah kata yang dulu hanya lelucon di antara guru-guru saat ada murid nakal yang sulit dikendalikan. Tapi untuk Dina, itu benar-benar nyata.

Dua tahun lalu, sahabat baiknya, Rani, meninggal dunia karena kanker darah. Di ranjang terakhirnya, sambil menahan sakit dan air mata, Rani memegang tangan Mbak Dina dan berkata:

"Kamu harus jaga Aria. Kamu harus pastikan dia jadi orang baik. Jangan biarkan hidupnya hancur karena aku tidak ada lagi."

Aria, putra tunggal Rani, yang ketika itu masih duduk di kelas 5 SD.

Dan Dina, dengan suara serak dan hati yang remuk, menjawab: 

"Aku janji."

Sejak saat itu, setiap kali tahun ajaran baru dimulai, hati Dina selalu tidak tenang. Aria akan naik kelas, dan mungkin tahun ini mereka akan berada di sekolah yang sama. Mungkin bahkan dalam kelas yang sama. Dan mungkin... mungkin hari ini, ia akhirnya akan melihat wajah anak yang dititipkan kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun