Wawancara Terakhir
Pukul 08.45 pagi. Udara kota masih menyimpan embusan dingin sisa hujan semalam. Aku, Rena, duduk di bangku kayu panjang di depan ruang HRD sebuah perusahaan impianku, PT Sentral Teknologi Nusantara. Sebuah perusahaan rintisan (startup) yang sedang naik daun di dunia digital. Posisi yang kuincar adalah Digital Marketing Specialist, posisi yang selama ini aku idam-idamkan.
Aku menatap ponselku. Masih ada lima nama lagi sebelum giliranku dipanggil. Keringat dingin mulai muncul di telapak tanganku. Ini bukan pertama kalinya aku wawancara, tapi entah mengapa, kali ini rasanya berbeda. Ada firasat aneh. Mungkin karena email dari HRD yang singkat dan tanpa basa-basi: "Anda lolos seleksi tahap dua. Harap hadir jam 09.00 untuk wawancara akhir."
Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Tidak seperti biasanya.
"Rena Dwi Lestari?" tanya seorang wanita muda dengan seragam putih abu-abu. Wajahnya datar, suaranya rendah, tanpa senyuman. Aku langsung berdiri dan mengikutinya ke dalam ruangan.
Ruangan HRD itu terlihat biasa. Meja kerja, layar komputer, dan foto logo perusahaan di dinding. Namun, nuansanya berbeda. Dingin. Seperti pendingin ruangan yang terlalu rendah, atau mungkin hanya tekanan darahku yang turun.
"Silakan duduk," katanya singkat.
Namaku dicatatnya tanpa tatapan mata. Hanya sesekali ia mengangkat kepala, seolah sedang memindai sesuatu di layar. Aku mencoba menjaga senyum, tapi rasanya sulit. Suasana begitu tegang.
"Apa alasan Anda ingin bekerja di perusahaan kami?"
Pertanyaan standar. Aku menjawab dengan lancar, memadukan pengalaman kerjaku sebelumnya dan antusiasme terhadap perkembangan teknologi. Dia mendengarkan tanpa ekspresi.