Di sebuah aula kecil TK, di tengah keriuhan anak-anak yang berdandan heboh untuk sesi foto tahunan, berdirilah seorang gadis kecil bernama Via. Ia datang bukan sebagai yang pertama, juga bukan yang terakhir---tapi semua baju kebaya sudah habis.
Sisa terakhir? Sebuah kostum panggung dengan atasan emas dan bawahan hijau tua metalik. Sedikit terbuka di bagian lengan, mencolok untuk ukuran TK. Anak-anak lain tak ada yang berani memakainya.
"Aku pakai ini aja," kata Via, pelan tapi mantap.
Guru menatapnya, agak ragu. Tapi anak ini tidak meminta pendapat---ia hanya mengumumkan keputusannya. Via memakai kostum itu, berdiri di depan cermin, dan diam. Ia tidak tahu apa itu elegan, tapi yang jelas: kain ini bersinar, dan ia menyukainya.
Ketika waktu rias tiba, sebagian anak diberi eyeshadow tempel warna pelangi, blush pink, dan lipstik glossy strawberry. Tapi MUA melihat wajah Via, lalu membuka kotak rias besar dan diam-diam mengambil eyeliner, alis pensil, dan lipstik merah maroon.
Ia dirias seperti perempuan dewasa. Tapi Via tidak protes. Ia duduk tenang, menerima semuanya.
Hari itu adalah hari besar---foto tahunan, kostum megah, dan makeup "putri sehari" yang katanya bikin semua anak tampak dewasa.
Tapi Via punya satu keinginan:
"Aku mau disanggul!"
Padahal rambutnya? Bob. Bahkan belum menyentuh ujung bahu.