Pendahuluan
Di tengah semakin maraknya kampanye penggunaan mobil listrik, saya mulai bertanya-tanya: Apakah saat ini waktu yang tepat untuk berpindah? Saya bukan orang yang anti terhadap kemajuan teknologi, bahkan jika saya mampu dan yakin tak mengurangi kenyamanan, sungguh saya ingin ikut berkontribusi dalam gerakan ramah lingkungan.
Namun, sebagaimana keputusan besar lainnya dalam hidup, berpindah ke mobil listrik bukan sekadar soal ikut tren, tetapi harus dipertimbangkan secara matang, menyeluruh, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi maupun keluarga.
Mobil Saya Kini: Irit, Luas, dan Cukup Andal
Saya menggunakan mobil LCGC tiga baris. Merek dan tipenya tak perlu saya sebutkan, yang pasti mobil ini:
- Muat untuk 6 hingga 7 penumpang, cocok untuk keperluan keluarga.
- Bagasi luas, apalagi jika kursi baris ketiga dilipat.
- Selama ini cukup andal dalam menemani aktivitas harian hingga perjalanan ke luar kota.
Secara biaya operasional, saya termasuk hemat. Rata-rata saya hanya mengisi bahan bakar dua kali dalam sebulan, dan saya lebih memilih Pertamax meskipun harganya lebih mahal, karena performa tarikannya lebih ringan. Namun, jika saya ingin lebih hemat, saya pun bisa berpindah ke Pertalite, yang hanya memerlukan sekitar Rp. 300.000 per bulan.
Dari sisi servis berkala, saya biasanya menghabiskan Rp. 4 juta per tahun karena menggunakan oli berkualitas seperti Shell. Tapi seandainya ingin lebih hemat, saya bisa menekan biaya servis hingga Rp. 1 juta per tahun dengan menggunakan oli standar dan perawatan minimal.