Di awal pernikahan, Ali dan istrinya, Aisyah, sering berdiskusi tentang impian bersama. Keduanya sepakat bahwa mereka ingin memiliki usaha yang tak hanya menghasilkan, tapi juga membawa keberkahan. Sebagai pasangan muda yang tumbuh di lingkungan pesantren dan terbiasa melihat para muslimah berjuang tampil anggun dalam balutan hijab yang nyaman, tercetuslah ide: _kenapa tidak membuat brand hijab sendiri_?
Mereka menamai usahanya *Ali Hijab Muslim*, sebuah perpaduan antara identitas personal dan semangat spiritual. Modalnya? Bukan cuma tabungan, tapi juga cinta dan kerja sama tanpa lelah. Di kamar belakang rumah mereka, Aisyah mulai menjahit potongan kain voal menjadi hijab segi empat dengan detail bordir kecil khas "Ali Hijab." Ali, di sisi lain, belajar fotografi otodidak demi memotret produk dengan pencahayaan yang apik.
Awalnya, penjualan hanya lewat status WhatsApp dan bazar kecil di masjid. Tapi berkat respon positif dan pelayanan ramah dari mereka berdua, perlahan permintaan naik. Ali membangun akun Instagram, dan Aisyah mulai memberikan tips mix-and-match hijab. Di setiap pengiriman, mereka selipkan kartu ucapan bertuliskan doa.
Suatu hari, salah satu influencer lokal tak sengaja mengenakan hijab mereka dalam video kajian dan menyebut merek "Ali Hijab Muslim." Sejak itu, pesanan membanjir. Mereka memperluas tim---merekrut penjahit ibu rumah tangga di sekitar dan membuka sesi reseller untuk santriwati yang ingin belajar mandiri.
Kini, Ali Hijab Muslim tak hanya menjual hijab, tapi juga semangat kolaborasi, cinta, dan nilai-nilai Islami. Setiap produk membawa cerita, dan setiap pelanggan menjadi bagian dari perjalanan mereka.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI